METODE ILMIAH
“PENGARUH CAHAYA MATAHARI
TERHADAP PENCANGKOKAN TANAMAN PURING”
A. RUMUSAN MASALAH
“Adakah pengaruh cahaya matahari terhadap pencangkokan tanaman puring ?”






Tata krami
Assalamu’alaikum wb. Wb.
Kawilujengan saha kabagaswarasan mugya tansah kajiwa kasarira dhumateng panjenengan sedaya dalasan kula.
Bapak pangarsa SMA N 1 PAKEM ingkang kinurmatan, Bapak/Ibu guru saha staf karyawan ingkang kula bekteni, para kanca ingkang sutresna, sarta para lenggah ingkanh satuhu bagya mulya. Sakdherengipun sumangga kula dherekaken muji syukur dhumateng Gusti Allah ingkang maha kuwaos ingkang sampun paring kanugrahan, rahmat, sarta hidhayahipun dhumateng panjenengan sedaya dalasan kula, satemah saged kempal ing papan menika kanthi pinayungan karaharjan, tebih saking rubeda nir ing sambekala.
Para lenggah ingkang bagya mulya, wonten ing dinten menika sampun kathah para anem ingkang sami nyupekaken tata krami ing saben dintenipun, utaminipun nalika ngendika kaliyang tiyang ingkang langkung sepuh. Para anem menika langkung remen ngendika ngangge basa Jawi ngoko utawi basa Indonesia.
Ingkang langkung nggegirisi malih, sakmenika wonten hariwarti utawi kalawarti asring kapacak bab tumindakipun para anem ing jaman sakmenika, wonten ingkang mastani menawi patrapipun para anem sami bibrah, remen nerak angger-anggering negari. Para anem sami nrejang wewaler agami, utawi sami tumindak nerak kasusilan, lan sapanunggalanipun.Kejawi menika, kathah lare sekolah saha mahasiswa ingkang sami gelut lan tawur ing panggenan tentrem lan damel risak utawi ajrih tiyang sanes. (Liputan 6 SCTV Pagi 8 November 2011)
Para lenggah ingkang kinurmatan, kenging menapa bab mekaten wau kanthi kadadosan, menapa lare sakmenika boten sami mangertos tata krami, utawi menapa tiyang sepuhipun boten nate mulang wuruk bab tata krami dhumateng larenipun. Kamangka tumindakipun para anem menika sanget nemtokaken anggenipun benjang nalika para anem menika pados pedamelan, kaliyan dados spiyon ingkang gambaraken pribadhinipun bangsa lan negari.
Wonten salebetipun Al-Quran ing surah Ar Ra’d ayat 11 sampun dipunartosaken, menawi saestunipun Allah SWT boten ngribah nasibipun tiyang sadherengipun tiyang sakmenika ngribah tindak tandukipun. Awit saking menika, mangga panjenengan sedaya dalasan kula sami ngajak lare saha rengcangipun supados ngetrapaken tata krami wonten ing saben dintenipun lan wonten pundi kemawon.
Para lenggah ingkang kinurmatan cekap semanten ingkang saged kula aturaken, mugya ingkang kula aturaken punika saged migunani dhumatenh panjenengan sedaya utaminipun kula. Menawi wonten atur kula ingkang kirang nuju prana wonten ngarsanipun panjenengan sami, kula ngaturaken agenging samodra pangaksami , saha kula aturaken agenging panuwun dhumateng para lenggah sedaya ingkang sampun kparing kawigatosan.
Emban cinde emban ciladan
Sakmenika nasibipun tiyang kekalih
Menawi wonten wekdal mironggan
Kenging kita pinanggih malih
Wassalam’ualaikum wr. Wb.
GURINDAM 12 RAJA ALI HAJI
Berikut adalah versi lengkap Gurindam 12 Karya Raja Ali Haji
Gurindam Pasal 1
Barangsiapa tiada memegang agama
Segala-gala tiada boleh dibilangkan nama
Barangsiapa mengenal yang empat
Maka yaitulah orang yang ma’rifat
Barangsiapa mengenal Allah
Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah
Barangsiapa mengenal diri
Maka telah mengenal Tuhan yang bahri
Barangsiapa mengenal dunia
Tahulah ia barang yang terperdaya
Barangsiapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudharat
Gurindam Pasal 2
Barangsiapa mengenal yang tersebut
Tahulah ia makna takut
Barangsiapa meninggalkan sembahyang
Seperti rumah tiada bertiang
Barangsiapa meninggalkan puasa
Tidaklah mendapat dua termasa
Barangsiapa meninggalkan zakat
Tidaklah hartanya boleh berkat
Barangsiapa meninggalkan haji
Tidaklah ia menyempurnakan janji
Gurindam Pasal 3
Apabila terpelihara mata
Sedikitlah cita-cita
Apabila terpelihara kuping
Kabar yang jahat tiadalah damping
Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan
Daripada segala berat dan ringan
Apabila perut terlalu penuh
Keluarlah fi’il yang tiada senonoh
Anggota tengah hendaklah ingat
Disitulah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki
Daripada berjalan yang membawa rugi
Gurindam Pasal 4
Hati itu kerajaan di dalam tubuh
Jikalau zalim segala anggota pun rubuh
Apabila dengki sudah bertanah
Datanglah daripadanya beberapa anak panah
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir
Disitulah banyak orang tergelincir
Pekerjaan marah jangan dibela
Nanti hilang akal di kepala
Jika sedikitpun berbuat bohong
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung
Tanda orang yang amat celaka
Aib dirinya tiada ia sangka
Bakhil jangan diberi singgah
Itulah perompak yang amat gagah
Barangsiapa yang sudah besar
Janganlah kelakuannya membuat kasar
Barangsiapa perkataan kotor
Mulutnya itu umpama ketor
Dimana tahu salah diri
Jika tidak orang lain yang berperi
Pekerjaan takbur jangan direpih
Sebelum mati didapat juga sepih
Gurindam Pasal 5
Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihatlah kepada budi dan bahasa
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia
Sangat memeliharakan yang sia-sia
Jika hendak mengenal orang yang berilmu
Bertanya dan belajar tidaklah jemu
Jika hendak mengenal orang yang berakal
Di dalam dunia mengambil bekal
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai
Lihatlah pada ketika bercampur dengan orang ramai
Gurindam Pasal 6
Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat
Cahari olehmu akan guru
Yang boleh tahukan tiap seteru
Cahari olehmu akan istri
Yang boleh menyerahkan diri
Cahari olehmu akan kawan
Pilih segala orang yang setiawan
Cahari olehmu akan ‘abdi
Yang ada baik sedikit budi
Gurindam Pasal 7
Apabila banyak berkata-kata
Disitulah jalan masuk dusta
Apabila banyak berlebih-lebihan suka
Itulah tanda hampirkan duka
Apabila kita kurang siasat
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat
Apabila anak tidak dilatih
Jika besar bapanya letih
Apabila banyak mencela (mencacat?) orang
Itulah tanda dirinya kurang
Apabila orang yang banyak tidur
Sia-sia sahajalah umur
Apabila mendengar akan khabar
Menerimanya itu hendaklah sabar
Apabila mendengar akan aduan
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan
Apabila perkataan yang lemah lembut
Lekaslah segala orang mengikut
Apabila perkataan yang amat kasar
Lekaslah orang sekalian gusar
Apabila pekerjaan yang amat benar
Tidak boleh orang berbuat onar
Gurindam Pasal 8
Barangsiapa khianat akan dirinya
Apalagi kepada lainnya
Kepada dirinya ia aniaya
Orang itu jangan engkau percaya
Lidah suka membenarkan dirinya
Daripada yang lain dapat kesalahannya
Daripada memuji diri hendaklah sabar
Biar daripada orang datangnya khabar
Orang yang suka menampakkan jasa
Setengah daripada syirik mengaku kuasa
Kejahatan diri sembunyikan
Kebaikan diri diamkan
Ke’aiban orang jangan dibuka
Ke’aiban diri hendaklah sangka
Gurindam Pasal 9
Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan
Bukannya manusia yaitulah syaitan
Kejahatan seorang perempuan tua
Itulah iblis punya penggawa
Kepada segala hamba-hamba raja
Disitulah syaitan tempat bergoda
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan
Disitulah syaitan punya jamuan
Adapun orang tua(h) yang hemat
Syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru
Dengan syaitan kuat berseteru
Gurindam Pasal 10
Dengan bapa jangan durhaka
Supaya Allah tidak murka
Dengan ibu hendaklah hormat
Supaya badan dapat selamat
Dengan anak janganlah lalai
Supaya boleh naik di tengah balai
Dengan kawan hendaklah adil
Supaya tangannya jadi kapil
Gurindam Pasal 11
Hendaklah berjasa
Kepada yang sebangsa
Hendak jadi kepala
Buang perangai yang cela
Hendak memegang amanat
Buanglah khianat
Hendak marah
Dahulukan hujjah
Hendak dimalui
Jangan memalui
Hendak ramai
Murahkan perangai
Gurindam Pasal 12
Raja mufakat dengan menteri
Seperti kebun berpagar duri
Betul hati kepada raja
Tanda jadi sebarang kerja
Hukum adil atas rakyat
Tanda raja boleh boleh ‘inayat
Kasihkan orang yang berilmu
Tanda rahmat atas dirimu
Hormat akan orang yang pandai
Tanda mengenal kasa dan cindai
Ingatkan dirinya mati
Itulah asal berbuat bakti
Akhirat itu terlalu nyata
Kepada hati yang tidak buta
Internet merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat di tahun 1969, melalui proyek ARPA yang disebut ARPANET (Advanced Research Project Agency Network), di mana mereka mendemonstrasikan bagaimana dengan hardware dan software komputer yang berbasis UNIX, kita bisa melakukan komunikasi dalam jarak yang tidak terhingga melalui saluran telepon. Proyek ARPANET merancang bentuk jaringan, kehandalan, seberapa besar informasi dapat dipindahkan, dan akhirnya semua standar yang mereka tentukan menjadi cikal bakal pembangunan protokol baru yang sekarang dikenal sebagai TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol).
Tujuan awal dibangunnya proyek itu adalah untuk keperluan militer. Pada saat itu Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US Department of Defense) membuat sistem jaringan komputer yang tersebar dengan menghubungkan komputer di daerah-daerah vital untuk mengatasi masalah bila terjadi serangan nuklir dan untuk menghindari terjadinya informasi terpusat, yang apabila terjadi perang dapat mudah dihancurkan.
Pada mulanya ARPANET hanya menghubungkan 4 situs saja yaitu Stanford Research Institute, University of California, Santa Barbara, University of Utah, di mana mereka membentuk satu jaringan terpadu di tahun 1969, dan secara umum ARPANET diperkenalkan pada bulan Oktober 1972. Tidak lama kemudian proyek ini berkembang pesat di seluruh daerah, dan semua universitas di negara tersebut ingin bergabung, sehingga membuat ARPANET kesulitan untuk mengaturnya.
Oleh sebab itu ARPANET dipecah manjadi dua, yaitu "MILNET" untuk keperluan militer dan "ARPANET" baru yang lebih kecil untuk keperluan non-militer seperti, universitas-universitas. Gabungan kedua jaringan akhirnya dikenal dengan nama DARPA Internet, yang kemudian disederhanakan menjadi Internet.
Tahun 1972, Roy Tomlinson berhasil menyempurnakan program e-mail yang ia ciptakan setahun yang lalu untuk ARPANET. Program e-mail ini begitu mudah sehingga langsung menjadi populer. Pada tahun yang sama, icon @juga diperkenalkan sebagai lambang penting yang menunjukkan “at” atau “pada”. Tahun 1973, jaringan komputer ARPANET mulai dikembangkan ke luar Amerika Serikat.
Komputer University College di London merupakan komputer pertama yang ada di luar Amerika yang menjadi anggota jaringan Arpanet. Pada tahun yang sama, dua orang ahli komputer yakni Vinton Cerf dan Bob Kahn mempresentasikan sebuah gagasan yang lebih besar, yang menjadi cikal bakal pemikiran internet. Ide ini dipresentasikan untuk pertama kalinya di Universitas Sussex.
Hari bersejarah berikutnya adalah tanggal 26 Maret 1976, ketika Ratu Inggris berhasil mengirimkan e-mail dari Royal Signals and Radar Establishment di Malvern. Setahun kemudian, sudah lebih dari 100 komputer yang bergabung di ARPANET membentuk sebuah jaringan atau network. Pada 1979, Tom Truscott, Jim Ellis dan Steve Bellovin, menciptakan newsgroups pertama yang diberi nama USENET. Tahun 1981 France Telecom menciptakan gebrakan dengan meluncurkan telpon televisi pertama, dimana orang bisa saling menelpon sambil berhubungan dengan video link.
Karena komputer yang membentuk jaringan semakin hari semakin banyak, maka dibutuhkan sebuah protokol resmi yang diakui oleh semua jaringan. Pada tahun 1982 dibentuk Transmission Control Protocol atau TCP dan Internet Protokol atau IP yang kita kenal semua. Sementara itu di Eropa muncul jaringan komputer tandingan yang dikenal dengan Eunet, yang menyediakan jasa jaringan komputer di negara-negara Belanda, Inggris, Denmark dan Swedia. Jaringan Eunet menyediakan jasa e-mail dan newsgroup USENET.
Untuk menyeragamkan alamat di jaringan komputer yang ada, maka pada tahun 1984 diperkenalkan sistem nama domain, yang kini kita kenal dengan DNS atau Domain Name System. Komputer yang tersambung dengan jaringan yang ada sudah melebihi 1000 komputer lebih. Pada 1987 jumlah komputer yang tersambung ke jaringan melonjak 10 kali lipat manjadi 10.000 lebih.
Tahun 1988, Jarko Oikarinen dari Finland menemukan dan sekaligus memperkenalkan IRC atau Internet Relay Chat. Setahun kemudian, jumlah komputer yang saling berhubungan kembali melonjak 10 kali lipat dalam setahun. Tak kurang dari 100.000 komputer kini membentuk sebuah jaringan. Tahun 1990 adalah tahun yang paling bersejarah, ketika Tim Berners Lee menemukan program editor dan browser yang bisa menjelajah antara satu komputer dengan komputer yang lainnya, yang membentuk jaringan itu. Program inilah yang disebut www, atau Worl Wide Web.
Tahun 1992, komputer yang saling tersambung membentuk jaringan sudah melampaui sejuta komputer, dan di tahun yang sama muncul istilah surfing the internet. Tahun 1994, situs internet telah tumbuh menjadi 3000 alamat halaman, dan untuk pertama kalinya virtual-shopping atau e-retail muncul di internet. Dunia langsung berubah. Di tahun yang sama Yahoo! didirikan, yang juga sekaligus kelahiran Netscape Navigator 1.0.
Wayang Beber
Wayang iki nggunaake beber utawa kain kang digambari. Lumrahe lakone ngenani Kraton Kediri, Ngurawan, Singasari, utawa kondhang dening lakon-lakon crita Panji.
Wayang kulit
Wayang Kulit iku sajinising pagelaran wayang sing nrapaké bonékah-bonékah saka kulit. Jinis wayang iki kang paling disenengi ing Tanah Jawa. Wayang iki digawe seka kulit kang ditatah lan dientha kaya dene manungsa. Umumé wayang kulit nggunaake lakon Wayang Purwa, nanging ana uga kang nganggo Crita Menak lan Babad Tanah Jawa, crita agama (Kristen, Buddha), perjuwangan, lan maneka warna crita liyane.
Wayang kulit dimainké ing layar putih kang sinebut kelir. Dene wayang-wayang kuwi ditancepaké ing debog lan ana ing sisih tengen lan kiwa dhalang. Gamelan kang ana ing sisih mburi ngiringi pagelaran iki. Pagelaran wayang wis diakoni déning UNESCO ing tanggal 7 November 2003, dadi karya kabudayan kang édi péni ing babagan crita dongéng lan warisan sing berharga banget (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Suwaliké, UNESCO nyuwun supaya Indonesia njaga (preserve) warisan kuwi.
Panyebaran
Wayang iki ora mung sumebar ing Jawa waé, nanging uga ing tlatah liya ing Nuswantara. Wayang kulit sumebar ing tanah Jawa lan uga perangan Nusantara, nanging wayang iki luwih disenengi dening wong Jawa Tengah lan saperangan Jawa Wetan. Ing antarane panggonan siji lan liyane nduwe gagrag dhewe-dhewe, sing paling gedhe yaiku Gagrag Ngayogjakarta karo Gagrag Surakarta. Gagrag Banyumas lan Gagrag Pesisiran uga kondhang ing tlatahe dhewe.
Ing jaman saiki, pagelaran wayang antuk owah-owahan. Campursari lan dhagelan mlebu ing antarane pagelaran mau. Amarga wayang uga wis mlebu dadi acara televisi, suwene pagelaran kang asline sewengi sok dikurangi dadi sawetara jam thok.
Wayang klithik
Wayang iki campurane wayang golek lan wayang kulit. Praupane kaya wayang kulit nanging digawe seka kulit. Amarga seka kayu, awake wayang tanpa cempurit. Pagelarane ora nganggo kelir/layar. Debog kanggo tancepan diganti nganggo kayu kang wis dibolongi, jenenge slanggan. Wayang iki wis ora nate maneh digelar.Wayang Golèk
Wayang gedhog
Ing basa Jawa kuno, gedhog artine jaran. Gedhogan artine kandhang jaran. Nanging ana uga kang maknani gedhog seka thuthukane dhalang ing wadhah wayang sing munine dhog dhog dhog. Banjur apa sesambungane karo jaran?
Wayang gedhog asring nganggo lakon Crita Panji. Ing lakon iki pangeran-pangeranne nganggo jeneng Kudha, kayata Kudha Wanengpati. Ing jaman Kasultanan Demak, ana wayang gedhog kang nganggo lakon wayang purwa. Ana uga kang nganggo crita kethoprak, kayata Damarwulan.
Wangune wayang gedhog kaya wayang kulit. Wayang iki digawe seka kulit kanthi tatahan satriya sabrangan. Bedane maneh, ing kene mung ana patang macem praupan. Rupa kaya raseksa lan wanara ora ana. Praba lan topong uga ora ana.
Wayang Golek iku sawijining seni tontonan wayang sing kagawé saka bonéka kayu. Wayang iki populèr banget ing wilayah Tlatah Pasundhan.
[sunting] Pranala njaba
Wayang Menak
Wayang Ménak iku wayang sing critané adhedhasar lakon ménak. Wayang ménak umumé nganggo wayang golèk (wayang golèk ménak), nanging uga ana sing nganggo wayang kulit. Sapérangan wong uga nyebut kanthi aran wayang tengul.
Wayang iki digawé déning Ki Trunadipura, sawijining dhalang seka Baturetna, Surakarta, ing jaman Mangkunegara VII (1916-1944).
Wayang golèk ménak diwènèhi sandhangan kaya wayang kulit purwa, yaiku kanthi nganggo jamang, kuluk, sumping, lan sapanunggalané. Gandhèng critané njupuk seka crita ménak sing asliné seka Persia, mula paraga wayangé kaya wong Arab, yaiku nganggo jubah.
Wayang Kancil
‘’’Wayang kancil’’’ iku klebu wayang modern sing diciptaaké ing taun 1925 déning Bo Liem. Wayang iki migunaaké crita-crita kéwan. Wayangé digawé seka kulit, lan pisanané ditatah déning Lie Too Hien sing cacahé kurang luwih 100 paraga. Paraga sing kondhang yaiku Si Kancil sing pinter. Lakon sing kondhang yaiku Kancil Nyolong Timun.
Lakoné dijupuk seka Serat Kancil Kridhamartana anggitané Radèn Panji Natarata.
Wayang iki banjur diterusaké lan disampurnaaké déning Radèn Mas Sayid ing taun 1943.
Gandhèng wayang iki umumé ditonton bocah cilik, pagelarané mung udakara 1-3 jam ing wayah awan, soré, utawa wiwitan wengi sadurungé bocah cilik padha turu.
Wayang purwa
Wayang Purwa iku sajinising wayang saka Jawa. Para ahli ngira yen ukara purwa dijupuk seka parwa, utawa perangan seka kitab-kitab kakawin kayata Mahabharata utawa Ramayana. Ing bausastra Jawa anyar, ukara purwa uga bisa ngandhut pangerten jaman purba utawa jaman wiwitan. Yen ing versi asline, kitab loro iki ora ana sesambungane. Ing Jawa, ana sesambungan antara rong jaman iki kang banjur dirunut dadi silsilah dhewe.
Pangowahan
Ing tangan para pujangga Jawa, wiracarita loro kuwi diowahi lan ditambahi maneh. Ing pedhalangan, dhalang nduwe kuwasa improvisasi crita-crita cilik, kang banjur kondhang dadi ‘’crita carangan’’.
Wayang purwa ngalami pangowahan kang akeh nalika ing jaman Wali Sanga. Para ulama Islam iki nyoba ngilangi ajaran Hindhu ing Mahabharata lan Ramayana kang asline seka India. Ing wayang kulit, gambar-gambar wayang iki banjur dientha-entha ben ora kaya manungsa. Jimat Kalimasada duweke Puntadewa seka tambahane para wali uga. Semono uga paraga wayang kaya Sang Hyang Giri Nata kang dianggep ngrujuk marang Sunan Giri, salah sijine Wali Sanga.
Ing jaman Mataram Anyar, Walanda nyoba ngrungkebi politik lan panguwasa. Nanging amarga seka kuwi banjur pujangga-pujangga kraton antuk kawigaten. Para pujangga kaya Yasadipura I, Yasadipura II, utawa Ranggawarsita nyoba nguripake maneh kasusastran kang magepokan kalawan Mahabharata lan Ramayana iku.
Lakon-Lakon
Yen dideleng kanthi prasaja, lakon wayang diperang dadi loro: pakem lan carangan.
Pakem
Lakon pakem dijupuk seka crita-crita kang ana ing kitab-kitab kuna, kayata: Kakawin Mahabharata, Kakawin Ramayana, Pustaka Raja Purwa lan Purwakandha. Ing antarane crita-crita pakem iku antara liya:
* Bale Sigala-gala
* Pandhawa Dhadhu
* Bharatayudha
* Rama Gandrung
* Subali Lena
* Anoman Dhuta
* Brubuh Ngalengka
Artikel punika taksih tulisan rintisan (stub). Sinten kémawon ingkang kersa mbenakaken, sumangga kémawon.
Carangan
Lakon carangan iku njupuke seka crita pakem kang dikantheni tambahan crita liyane. Seka crita carangan iki banjur akeh gagrag-gagrag kang tansah beda. Paraga-paraga ing wayang uga dadi tambah akeh. Nanging ana kalane gawe bingung, amarga bisa bae lakone padha nanging critane dadi beda. Crita-crita carangan iku antara liya:
* Babad Alas Mertani
* Partakrama
* Aji Narantaka
* Abimanyu Lair
* Peksi Dewata
* Gambiranom
* Semar Mantu
* Bambang Sitijaya
* Aswatama Maling
* Thongthongborong
* Srikandhi Mandung
* Danasalira
* Laire Pandhu
* Laire Dasamuka
* Laire Indrajit
* Bedhah Lokapala
* Tutugipun Lampahan Wilugangga
* Gathotkaca Gandrung
* Antasena Rabi
* Ugrasena Tapa
* Sembadra Larung
* Kresna Kembang
* Narayana Maling Putri
* Bandung Naga Sewu
* Pandhawa Maneges
* Semar Maneges
* Parta Dewa
* Wahyu Topeng Waja
* Wahyu Widayat
* Semar Kuning
* Rama Tambak
* Semar mBarang Jantur
* Anoman Swarga
* Dewa Ruci
* Bima Bungkus
* Gatutkaca Sungging
* Sudamala
* Sumantri Ngenger
* Wahyu Makutharama
Sawetawis lampahan ing nginggil kanthi format MP3 saged kaundhuh ing http://apdnsemarang.wordpress.com/mp3-wayang-kulit/
Sempalan
Lakon sempalan punika lakon ingkang sampun dados lakon gubahan, benten kaliyan aslinipun amargi dipun saluyuaken kaliyan gagrag anyar kados lakon-lakon Wayang mBeling utawi lakonet anggitan Ki Harsono Siswocarito.
Artikel punika taksih tulisan rintisan (stub). Sinten kémawon ingkang kersa mbenakaken, sumangga kémawon.
* Nurkala Kalimantra Gawe Geger Suralaya
* Prof Dr Bimatanayatatwa
* Gitadarma Dr Mintaraga
Banjaran
Lakon BANJARAN inggih punika jinising lampahan ringgit purwa ingkang nyariosaken lelampahanipun paraga (tokoh) wayang wiwit lahir ngantos seda (kados Biografi ingkang kademel balada). Lakon Banjaran dipun kenalakken dening Alm Ki Nartosabdo. Sinaosa lampahan punika panjang lan ginelar sedalu natas, ananging mboten ngicali bakenipun pagelaran ringgit purwa. Kawiwitan saking talu, jejer I, kaputren, limbukan, bodholan, perang gagal, jejer II, perang kembang, gara-gara, Jejer III, perang brubuh ngatos tancep kayon. Sawetawis lampahan Banjaran kanthi format MP3 saged dipun undhuh lan midhangetaken ing http://apdnsemarang.wordpress.com/mp3-wayang-kulit/
1. Banjaran Karna
2. Banjaran Abimanyu
3. Banjaran Gatutkaca
4. Narasoma (Banjaran Salya)
5. Banjaran Karna
6. Banjaran Bisma
SERAT WEDHATAMA
Karya : Mangkunegara IV
PUPUH I
P A N G K U R
01
Mingkar-mingkuring ukara, akarana karenan mardi siwi, sinawung resmining kidung, sinuba sinukarta, mrih kretarta pakartining ilmu luhung,kang tumrap ing tanah Jawa, agama ageming aji.
02
Jinejer ing Weddhatama, mrih tan kemba kembenganing pambudi,mangka nadyan tuwa pikun, yen tan mikani rasa, yekti sepi sepa lir sepah asamun,samasane pakumpulan, gonyak-ganyuk nglelingsemi.
03
Nggugu karsane priyangga, nora nganggo peparah lamun angling,lumuh ingaran balilu, uger guru aleman, nanging janma ingkang wus waspadeng semu, sinamun samudana, sesadoning adu manis .
04
Si pengung nora nglegewa, sangsayarda denira cacariwis, ngandhar-andhar angendukur, kandhane nora kaprah, saya elok alangka longkangipun, si wasis waskitha ngalah, ngalingi marang sipingging.
05
Mangkono ilmu kang nyata, sanyatane mung we reseping ati,bungah ingaran cubluk, sukeng tyas yen den ina, nora kaya si punggung anggung gumunggung, ugungan sadina dina, aja mangkono wong urip.
06Uripa sapisan rusak, nora mulur nalare ting saluwir, kadi ta guwa kang sirung, sinerang ing maruta, gumarenggeng anggereng anggung gumrunggung, pindha padhane si mudha, prandene paksa kumaki.
07
Kikisane mung sapala, palayune ngendelken yayah wibi, bangkit tur bangsaning luhur, lah iya ingkang rama, balik sira sarawungan bae durung, mring atining tata krama, nggon-anggon agama suci.
08
Socaning jiwangganira, jer katara lamun pocapan pasthi, lumuh asor kudu unggul, sumengah sesongaran,yen mangkono kena ingaran katungkul, karem ing reh kaprawiran, nora enak iku kaki.
09
Kekerane ngelmu karang, kakarangan saking bangsaning gaib, iku boreh paminipun, tan rumasuk ing jasad, amung aneng sajabaning daging kulup, Yen kapengkok pancabaya,
ubayane mbalenjani.
10
Marma ing sabisa-bisa, babasane muriha tyas basuki, puruitaa kang patut, lan traping angganira, Ana uga angger ugering kaprabun, abon aboning panembah, kang kambah ing siang ratri.
11
Iku kaki takokena, marang para sarjana kang martapi, mring tapaking tepa tulus, kawawa nahen hawa, Wruhanira mungguh sanjataning ngelmu, tan mesthi neng janma wreda, tuwin muda sudra kaki.
12
Sapantuk wahyuning Allah, gya dumilah mangulah ngelmu bangkit, bangkit mikat reh mangukut, kukutaning Jiwangga, Yen mangkono kena sinebut wong sepuh, liring sepuh sepi hawa, awas roroning ngatunggil.
13
Tan samar pamoring Sukma, sinukma ya winahya ing ngasepi, sinimpen telenging kalbu, Pambukaning waana, tarlen saking liyep layaping ngaluyup, pindha pesating supena, sumusuping rasa jati.
14
Sajatine kang mangkono, wus kakenan nugrahaning Hyang Widi, bali alaming ngasuwung, tan karem karamean, ingkang sipat wisesa winisesa wus, mulih mula mulanira, mulane wong anom sami.
PUPUH II
S I N O M
01
Nulada laku utama, tumrape wong Tanah Jawi, Wong Agung ing Ngeksiganda, Panembahan Senopati, kepati amarsudi, sudane hawa lan nepsu, pinesu tapa brata, tanapi ing siyang ratri, amamangun karenak tyasing sesama.
02
Samangsane pesasmuan, mamangun martana martani, sinambi ing saben mangsa, kala kalaning asepi, lelana teki-teki, nggayuh geyonganing kayun, kayungyun eninging tyas, sanityasa pinrihatin, puguh panggah cegah dhahar, lawan nendra.
03
Saben nendra saking wisma, lelana laladan sepi, ngisep sepuhing supana, mrih pana pranaweng kapti, titising tyas marsudi, mardawaning budya tulus, mese reh kasudarman, neng tepining jala nidhi, sruning brata kataman wahyu dyatmika.
04
Wikan wengkoning samodra, kederan wus den ideri, kinemat kamot hing driya, rinegan segegem dadi, dumadya angratoni, nenggih Kanjeng Ratu Kidul, ndedel nggayuh nggegana, umara marak maripih, sor prabawa lan Wong Agung Ngeksiganda.
05
Dahat denira aminta, sinupeket pangkat kanci, jroning alam palimunan, ing pasaban saben sepi, sumanggem anjanggemi, ing karsa kang wus tinamtu, pamrihe mung aminta, supangate teki-teki, nora ketang teken janggut suku jaja.
06
Prajanjine abipraja, saturun-turun wuri, Mangkono trahing ngawirya, yen amasah mesu budi, dumadya glis dumugi, iya ing sakarsanipun, wong agung Ngeksiganda, nugrahane prapteng mangkin, trah tumerah darahe pada wibawa.
07
Ambawani tanah Jawa, kang padha jumeneng aji, satriya dibya sumbaga, tan lyan trahing Senapati, pan iku pantes ugi, tinelad labetanipun, ing sakuwasanira, enake lan jaman mangkin, sayektine tan bisa ngepleki kuna.
08
Luwung kalamun tinimbang, ngaurip tanpa prihatin, Nanging ta ing jaman mangkya, pra mudha kang den karemi, manulad nelad Nabi, nayakeng rad Gusti Rasul, anggung ginawe umbag, saben saba mapir masjid, ngajap-ajap mukjijat tibaning drajat.
09
Anggung anggubel sarengat, saringane tan den wruhi, dalil dalaning ijemak, kiyase nora mikani, katungkul mungkul sami, bengkrakan neng masjid agung, kalamun maca kutbah, lelagone dhandhanggendhis, swara arum ngumandhang cengkok palaran.
10
Lamun sira paksa nulad, Tuladhaning Kangjeng Nabi, O, ngger kadohan panjangkah, wateke tak betah kaki, Rehne ta sira Jawi, satitik bae wus cukup, aja ngguru aleman, nelad kas ngepleki pekih, Lamun pungkuh pangangkah yekti karamat.
11
Nanging enak ngupa boga, rehne ta tinitah langip, apa ta suwiteng Nata, tani tanapi agrami, Mangkono mungguh mami, padune wong dhahat cubluk, durung wruh cara Arab, Jawaku bae tan ngenting, parandene pari peksa mulang putra.
12
Saking duk maksih taruna, sadhela wus anglakoni, aberag marang agama, maguru anggering kaji, sawadine tyas mami, banget wedine ing besuk, pranatan ngakir jaman, Tan tutug kaselak ngabdi, nora kober sembahyang gya tininggalan.
13
Marang ingkang asung pangan, yen kasuwen den dukani, abubrah bawur tyas ingwang, lir kiyamat saben hari, bot Allah apa gusti, tambuh-tambuh solah ingsun, lawas-lawas graita, rehne ta suta priyayi, yen mamriha dadi kaum temah nista.
14
Tuwin ketib suragama, pan ingsun nora winaris, angur baya angantepana, pranatan wajibing urip, lampahan angluluri, aluraning pra luluhur, kuna kumunanira, kongsi tumekeng semangkin, Kikisane tan lyan among ngupa boga.
15
Bonggan kang tan mrelokena, mungguh ugering ngaurip, uripe tan tri prakara, wirya, arta, tri winasis, kalamun kongsi sepi, saka wilangan tetelu, telas tilasing janma, aji godhong jati aking, temah papa papariman ngulandara.
16
Kang wus waspada ing patrap, mangayut ayat winasis, wasana wosing Jiwangga, melok tanpa aling-aling, kang ngalingi kaliling, wenganing rasa tumlawung, keksi saliring jaman, angelangut tanpa tepi, yeku aran tapa tapaking Hyang Sukma.
17
Mangkono janma utama, tuman tumanem ing sepi, ing saben rikala mangsa,masah amemasuh budi, lahire den tetepi, ing reh kasatriyanipun, susila anor raga, wignya met tyasing sesame, yeku aran wong barek berag agama.
18
Ing jaman mengko pan ora, arahe para turami, yen antuk tuduh kang nyata, nora pisan den lakoni, banjur njujurken kapti, kakekne arsa winuruk, ngandelken gurunira, pandhitane praja sidik, tur wus manggon pamucunge mring makrifat.
PUPUH III
P U C U N G
01
Ngelmu iku, kalakone kanthi laku, lekase lawan kas, tegese kas nyantosani, setya budya pangkese dur angkara.
02
Angkara gung, neng angga anggung gumulung, gogolonganira triloka, lekere kongsi, yen den umbar ambabar dadi rubeda.
03
Beda lamun, kang wus sengsem reh ngasamun, semune ngaksama, sasamane bangsa sisip, sarwa sareh saking mardi marto tama.
04
Taman limut, durgameng tyas kang weh limput, kereming karamat, karana karohaning sih, sihing Sukma ngreda sahardi gengira.
05
Yeku patut, tinulad-tulad tinurut, sapituduhira, aja kaya jaman mangkin, keh pramudha mundhi dhiri lapel makna.
06
Durung pecus,kesusu kaselak besus, amaknani lapal, kaya sayid weton Mesir, pendhak-pendhak angendhak gunaning janma.
07
Kang kadyeku, kalebu wong ngaku-aku, akale alangka, elok Jawane denmohi, paksa ngangkah langkah met kawruh ing Mekah.
08
Nora weruh, rosing rasa kang rinuruh, lumeketing angga, anggere padha marsudi, kana-kene kaanane nora beda.
09
Uger lugu, den ta mrih pralebdeng kalbu, yen kabul kabuka, ing drajat kajating urip, kaya kang wus winahyeng sekar srinata.
10
Basa ngelmu, mupakate lan panemu, pasahe lan tapa, yen satriya tanah Jawi, kuna-kuna kang ginilut triprakara.
11
Lila lamun, kelangan nora gegetun, trima yen kataman, sakserik sameng dumadi, trilegawa nalangsa srahing Batara.
12
Batara gung, inguger graning jajantung, jenak Hayang Wisesa, sana paseneten Suci, nora kaya si mudha mudhar angkara.
13
Nora uwus, kareme anguwus-uwus, uwose tan ana, mung janjine muring-muring, kaya buta-buteng betah nganiaya.
14
Sakeh luput, ing angga tansah linimput, linimpet ing sabda, narka tan ana udani, lumuh ala ardane ginawe gada.
15
Durung punjul, ing kawruh kaselak jujul, kaseselan hawa, cupet kapepetan pamrih, tangeh nedya anggambuh mring Hyang Wisesa.
PUPUH IV
G A M B U H
01
Samengko ingsun tutur, sembah catur: supaya lumuntur, dihin: raga, cipta, jiwa, rasa, kaki, ing kono lamun tinemu, tandha nugrahaning Manon.
02
Sembah raga puniku, pakartine wong amagang laku, susucine asarana saking warih, kang wus lumrah limang wektu, wantu wataking wawaton.
03
Inguni-uni durung, sinarawung wulang kang sinerung, lagi iki bangsa kas ngetok-ken anggit, mintoken kawignyanipun, sarengate elok-elok.
04
Thithik kaya santri Dul, gajeg kaya santri brahi kidul, saurute Pacitan pinggir pasisir, ewon wong kang padha nggugu, anggere guru nyalemong.
05
Kasusu arsa weruh, cahyaning Hyang kinira yen karuh, ngarep-arep urup arsa den kurebi, Tan wruh kang mangkoko iku, akale keliru enggon.
06
Yen ta jaman rumuhun, tata titi tumrah tumaruntun, bangsa srengat tan winor lan laku batin, dadi ora gawe bingung, kang padha nembah Hyang Manon.
07
Lire sarengat iku, kena uga ingaranan laku, dihin ajeg kapindhone ataberi, pakolehe putraningsun, nyenyeger badan mwih kaot.
08
Wong seger badanipun, otot daging kulit balung sungsum, tumrah ing rah memarah antenging ati, antenging ati nunungku, angruwat ruweting batos.
09
Mangkono mungguh ingsun, ananging ta sarehne asnafun, beda-beda panduk panduming dumadi, sayektine nora jumbuh, tekad kang padha linakon.
10
Nanging ta paksa tutur, rehning tuwa tuwase mung catur, bok lumuntur lantaraning reh utami, sing sapa temen tinemu, nugraha geming Kaprabon.
11
Samengko sembah kalbu, yen lumintu uga dadi laku, laku agung kang kagungan Narapati, patitis tetesing kawruh, meruhi marang kang momong.
12
Sucine tanpa banyu, mung nyenyuda mring hardaning kalbu, pambukane tata, titi, ngati-ati, atetetp talaten atul, tuladhan marang waspaos.
13
Mring jatining pandulu, panduk ing ndon dedalan satuhu, lamun lugu leguting reh maligi, lageane tumalawung, wenganing alam kinaot.
14
Yen wus kambah kadyeku, sarat sareh saniskareng laku, kalakone saka eneng, ening, eling, Ilanging rasa tumlawung, kono adile Hyang Manon.
15
Gagare ngunggar kayun, tan kayungyun mring ayuning kayun, bangsa anggit yen ginigit nora dadi, Marma den awas den emut, mring pamurunging lelakon.
16
Samengko kang tinutur, sembah katri kang sayekti katur, mring Hyang Sukma sukmanen sehari-hari, arahen dipun kecakup, sembah ing Jiwa sutengong.
17
Sayekti luwih prelu, ingaranan pepuntoning laku, kalakuan kang tumrap bangsaning batin, sucine lan Awas Emut, mring alame alam amot.
18
Ruktine ngangkah ngukut, ngiket ngrukut triloka kakukut, jagad agung gimulung lan jagad cilik, Den kandel kumandel kulup, mring kelaping alam kono.
19
Keleme mawa limut, kalamatan jroning alam kanyut, sanyatane iku kanyatan kaki, Sajatine yen tan emut, sayekti tan bisa awor.
20
Pamete saka luyut, sarwa sareh saliring panganyut, lamun yitna kayitnan kang mitayani, tarlen mung pribadinipun, kang katon tinonton kono.
21
Nging aywa salah surup, kono ana sajatining Urub, yeku urup pangarep uriping Budi, sumirat sirat narawung, kadya kartika katongton.
22
Yeku wenganing kalbu, kabukane kang wengku winengku, wewengkone wis kawengku neng sireki, nging sira uga kawengku, mring kang pindha kartika byor.
23
Samengko ingsun tutur, gantya sembah ingkang kaping catur, sembah Rasa karasa rosing dumadi, dadine wis tanpa tuduh, mung kalawan kasing Batos.
24
Kalamun durung lugu, aja pisan wani ngaku-aku, antuk siku kang mangkono iku kaki, kena uga wenang muluk, kalamun wus pada melok.
25
Meloke ujar iku, yen wus ilang sumelang ing kalbu, amung kandel kumandel ngandel mring takdir, iku den awas den emut, den memet yen arsa momot.
26
Pamoring ujar iku, kudu santosa ing budi teguh, sarta sabar tawekal legaweng ati, trima lila ambeh sadu, weruh wekasing dumados.
27
Sabarang tindak-tanduk, tumindake lan sakadaripun, den ngaksama kasisipaning sesami, sumimpanga ing laku dur, hardaning budi kang ngrodon.
28
Dadya wruh iya dudu, yeku minangka pandaming kalbu, inkang buka ing kijab bullah agaib, sesengkeran kang sinerung, dumunung telenging batos.
29
Rasaning urip iku krana momor pamoring sawujud, wujuddullah sumrambah ngalam sakalir, lir manis kalawan madu, endi arane ing kono.
30
Endi manis endi madu, yen wis bisa nuksmeng pasang semu, pasamaoning hebing kang Maha Suci, kasikep ing tyas kacakup, kasat mata lair batos.
31
Ing batin tan keliru, kedhap kilap liniling ing kalbu, kang minangka colok celaking Hyang Widi, widadaning budi sadu, pandak panduking liru nggon.
32
Nggonira mrih tulus, kalaksitaning reh kang rinuruh, ngayanira mrih wikal, warananing gaib, paranta lamun tan weruh, sasmita jatining endhog.
33
Putih lan kuningpun, lamun arsa titah teka mangsul, dene nora mantra-mantra yen ing lair, bisa aliru wujud, kadadeyane ing kono.
34
Istingarah tan metu, lawan istingarah tan lumebu, dene ing njro wekasane dadi njawi, raksana kang tuwajuh, aja kongsi kabasturon.
35
Karana yen kebanjur, kajantaka tumekeng saumur, tanpa tuwas yen tiwasa ing dumadi, dadi wong ina tan wruh, dhewekw den anggep dhayoh.
PUPUH V
K I N A N T H I
01
Mangka kantining tumuwuh, salami mung awas eling, eling lukitaning alam, wedi weryaning dumadi, supadi niring sangsaya, yeku pangreksaning urip.
02
Marma den taberi kulup, angulah lantiping ati, rina wengi den anedya, pandak-panduking pambudi, bengkas kahardaning driya, supadya dadya utami.
03
Pangasahe sepi samun, aywa esah ing salami, samangsa wis kawistara, lalandhepe mingis-mingis, pasah wukir reksa muka, kekes srabedaning budi.
04
Dene awas tegesipun, weruh warananing urip, miwah wisesaning tunggal, kang atunggil rina wengi, kang mukitan ing sakarsa, gumelar ngalam sakalir.
05
Aywa sembrana ing kalbu, wawasen wuwus sireki, ing kono yekti karasa, dudu ucape pribadi, marma den sembadeng sedya, wewesen praptaning uwis.
06
Sirnakna semanging kalbu, den waspada ing pangeksi, yeku dalaning kasidan, sinuda saka satitik, pamotahing nafsu hawa, jinalantih mamrih titih.
07
Aywa mamatuh malutuh, tanpa tuwas tanpa kasil, kasalibuk ing srabeda, marma dipun ngati-ati, urip keh rencananira, sambekala den kaliling.
08
Upamane wong lumaku, marga gawat den liwati, lamun kurang ing pangarah, sayekti karendet ing ri, apese kasandhung padhas, babak bundhas anemahi.
09
Lumrah bae yen kadyeku, atetamba yen wis bucik, duwea kawruh sabodag, yen ta nartani ing kapti, dadi kawruhe kinarya, ngupaya kasil lan melik.
10
Meloke yen arsa muluk, muluk ujare lir wali, wola-wali nora nyata, anggepe pandhita luwih, kaluwihane tan ana, kabeh tandha-tandha sepi.
11
Kawruhe mung ana wuwus, wuwuse gumaib baib, kasliring titik tan kena, mancereng alise gatik, apa pandhita antige, kang mangkono iku kaki.
12
Mangka ta kang aran laku, lakune ngelmu sajati, tan dahwen pati openan, tan panasten nora jail, tan njurungi ing kaardan, amung eneng mamrih ening.
13
Kunanging budi luhung, bangkit ajur ajer kaki, yen mangkono bakal cikal, thukul wijining utami, nadyan bener kawruhira, yen ana kang nyulayani.
14
Tur kang nyulayani iku, wus wruh yen kawruhe nempil, nanging laire angalah, katingala angemori, mung ngenaki tyasing liyan, aywa esak aywa serik.
15
Yeku ilapating wahyu, yen yuwana ing salami, marga wimbuh ing nugraha, saking heb kang Maha Suci, cinancang pucuking cipta, nora ucul-ucul kaki.
16
Mangkono ingkang tinamtu, tampa nugrahaning Widhi, marma ta kulup den bisa, mbusuki ujaring janmi, pakoleh lair batinnya, iyeku budi premati.
17
Pantes tinulad tinurut, laladane mrih utami, utama kembanging mulya, kamulyaning jiwa dhiri, ora yen ta ngeplekana, lir leluhur nguni-uni.
18
Ananging ta kudu-kudu, sakadarira pribadi, aywa tinggal tutuladan, lamun tan mangkono kaki, yekti tuna ing tumitah, poma kaestokna kaki.
Dalam permainan ini, hal yang harus kamu lakukan pertama kali adalah memiliki satu set(deck) kartu yang jumlahnya minimal 40 lembar.
Urutan permainan:
1.Tentukan siapa yang main duluan dengan cara terserah, asal adil.
2.Ketika permainan dimulai, masing-masing player punya 8000 life point yang akan habis dengan cara tertentu.
3.Bagi yang main duluan, dilarang untuk menyerang, kecuali ada suatu hal yang membuatnya mampu melakukan hal itu.
4.Sebelum giliran pertama, harap menaruh lima kartu dari bagian deck yang paling atas, ke tangan.
5.Jalannya permainan, dalam setiap giliran terdapat normalnya enam step:
Draw Phase: ambil kartu paling atas dari deck
Stanby Phase: normalnya tak ada yang dapat kamu lakukan dalam Phase ini
Main Phase 1: dalam phase ini kamu dapat me-Summons monster kamu atau menaruh kartu Spell dan Trap.
Battle Phase: pada Phase ini, kamu dapat menyatakan meyerang atau memainkan Trap, serta Spell card tertent
Main Phase 2: sama dengan Mian Phase 1, hanya saja apabila kamu telah memanggil monster pada Main Phase pertama, kamu sudah tidak boleh lagi memanggil monster
End Phase: menyatakan bahwa giliranmu telah berganti dengan giliran lawanmu
Hal-hal yang berhubungan dengan pemanggilan Monster:Normal Summon:
Maksud dari Normal Summon adalah, monster tidak dipanggil melalui effect kartu. Dengan menyatakan Normal Summon, kamu harus meletakkan monster dalam posisi terbuka (face up) dan vertikal. Lihat gambar di bawah. Sarat, apabila kartu berbintang 4 kebawah bisa langsung dipanggil ke arena, apabila kartu berbintang lebih dari 4 membutuhkan pengorbanan.
Set:
Mirip dengan Normal Summon, hanya saja letaknya berbeda. Tertutup dengan posisi horizontal. Saratnya sama dengan Normal summon. Set sangat berfungsi ketika ada kartu Flip atau Reverse di tanganmu.
.
Memanggil Monster dengan Pengorbanan:
Apabila kamu punya kartu yang berbintang lebih dari 4, kamu tidak dapat memanggilnya secara langsung ke arena, baik secara Normal Summon maupun Set. Kamu membutuhkan pengorbanan. Dalam peraturan Battle City, kamu membutuhkan 1 pengorbanan untuk memanggil monster bintang 5 dan 6, dan 2 monster untuk memanggil monster bintang 7 dan 8. Setelah kamu menyatakan akan melakukan pengorbanan, kamu dapat menaruh monster dalam Normal Summen atau Set, pilih salah satu. Hal ini mungkin tak berlaku karena ada efek dari kartu.
Flip Summon:
Apabila kamu punya kartu monster yang tertutup pada giliranmu yang sebelumnya, pada saat main phase-mu, kamu dapat membaliknya menjadi posisi FaceUp-Attack. Ketika kamu melakukan Flip Summon, apabila kartu yang kamu balik tadi mempunyai efek FLIP, kamu harus mengaktifkan efek dari kartu tersebut, bila tidak ya tidak terjadi apa-apa.
Special Summon:
Pemanggilan jenis ini terjadi karena adanya efek dari kartu, semisal Monster Reborn, Call from Haunted, Time Machine, dan lain sebagainya. Umumnya kamu harus meletakkan monster dalam keadaan terbuka, baik attack maupun defense.
Attack!!!!!!!!!:
Dalam battle phase, kamu cuma dapat melakukan penyerangan satu kali per monster. Urutannya, pilih monster kamu yang akan kamu gunakan untuk menyerang, kemudian pilih monster lawan yang jadi sasaran kamu. Ingat, kamu cuma boleh menyerang satu kali setiap monster.
Syarat-syarat menyerang:
1.dalam Batte Phase
2.menggunakan kartu yang dalam FaceUp-Attack Posision
3.menyatakan "Serang!!!!
Life point:
Dalam peraturan Battle City sebenarnya life point yang ada adalam 4000, namun dalam peraturan yang diluncurkan oleh Konami adalah 8000 point. Apabila pointmu habis lebih dahulu daripada lawanmu, kamu dinyatakan kalah dan sebaliknya. sedangkan habis dalam waktu yang tepat bersamaan, dinyatakan draw.
Sebab-sebab Life Point berkurang:
monster kalah dalam pertarungan
serangan langsung dari monster lawan
effect kartu lawan
menyerah
Penghitungan Damage:
Monster Attack X Monster Defense
1.apabila monster yang menyerang memiliki nilai ATK yang lebih tinggi dari DEF yang bertahan, maka monster yang bertahan akan hancur. Dan pemilik monster bertahan tersebut tidak menderita kerugian dalam life pointnya
2.apabila monster yang menyerang memiliki ATK lebih rendah dari DEF monster yang bertahan, pemilik monster yang menyerang tadi menderita damage sebesar selisih antara ATK monster penyerang dengan DEF monster bertahan. Kedua monster tidak hancur
3.apabila memiliki nilai ATK dan DEF yang sama, tidak terjadi apapun
Monster Attack X Monster Attack
1.apabila monster yang menyerang memiliki nilai ATK yang lebih tinggi daripada ATK yang diserang, maka monster yang diserang tadi hancur dan pemiliknya menderita damage sebesar selisih dari ATK kedua monster
2.apabila ATK penyerang lebih kecil daripada yang diserang, monster yang menyerang akan hancur dan pemiliknya menderita kerugian damage pada life pointnya
3.ATK penyerang sama dengan ATK yang diserang, kedua monster hancur dan tak ada damage bagi kedua pemain.
Merubah posisi kartu monster:
Kamu dapat merubah posisi monstermu dari defense ke attack, atau sebaliknya. Ingat kamu hanya dapat melakukannya sekali per monster pada main phase 1 atau 2.
Kartu tidak dapat berubah posisi ketika:
1.baru saja dipanggil pada putaran itu
2.telah berubah posisi pada putaran yang sama
3.telah melakukan Battle pada putaran itu
4.effek kartu
saling melengkapi. Yang paling vital harus ada dalam permainan Yugi Oh! adalah kartu monster. Dalam satu deck, jumlah kartu kembar dibatasi maksimal 3
lembar, apabila termasuk FORBIDDEN CARD tidak boleh ada duplikatnya. Mengenai Forbidden Card, akan aku jelaskan minggu depan. Oke, no more chit chat! Aku
akan sebutkan pembagian kartu-kartu itu.
Monster Card
Dalam permainan Yugi Oh! Kamu mutlak harus memasukkan monster ke dalam deck-mu. Jumlahnya tak menjadi soal. Berapa pun boleh. Hanya saja, kamu harus
memperhatikan level, effect dan type dari monstermu, karena hal ini sangat mempengaruhi jalannya permainanmu. Pembagian monster card umumnya berdasarkan
atribut, berdasarkan type atau berdasarkan ada tidaknya effect. Semua tergantung dengan pemain. Sebelum kamu mengelompokkan kartu monster, ada baiknya kamu
ketahuidulu apa saja yang ada di dalam monster card.
Bagian-bagian Monster Card
Effect: menandakan bahwa monster tersebut memiliki effect, dengan ketentuan khusus.
Ritual: jika ingin mengeluarkan monster tersebut harus menggunakan Magic Card Ritual.
Fusion: menyatakan bahwa monster terbentuk dari hasil fusion dengan menggunakan kartu POLYMERIZATION
atau effect kartu lain. Jenis kartu ini harus disimpan pada deck khusus, Fusion Deck namanya. Tidak dapat dipanggil secara langsung kecuali menggunakan
effect khusus yang mampu menggabungkan 2 kartu monster atau lebih.
Token: monster ini sebenarnya tidak ada dalam deck. Monster ini muncul karena effect suatu kartu.
Card Description
Menyatakan deskripsi kartu monster, deskripsi effect jika termasuk monster effect. Terkadang terdapat kata Flip di awal deskripsi. Ini menunjukkan bahwa
monster tersebut termasuk dalam monster Effect Flip. Effect monster ini baru berlaku ketika berubah dari FACEDOWN position ke FACEUP dengan cara apapun.
ATK
Menunjukkan nilai attack pada monster.
DEF
Menunjukkan nilai defence monster.
Warna Monster Card
Normal monster: Kuning kecokelatan
Monster Effect: berwarna Orange
Monster Fusion: berwarna lembayung
Monster Ritual: berwarna biru
Magic Card / SpelCard
Jenis kartu ini berwarna hijau, dibagi menjadi 6; Normal, Continuous, Equip, Quick-Play, Ritual, Field. Kesemuanya memiliki ciri khusus tersendiri. Mengenai
bagian-bagian dari kartu ini hampir sama dengan bagian pada monster card, Cuma bedanya tidak terdapatnya level dan ATK/DEF poin.
Normal Magic Card
Jenis kartu ini tidak memiliki icon. Hanya dapat digunakan sekali, ketika giliran pemiliknya sedang berlangsung.
Continuous Magic Card
Dapat digunakan dengan selang waktu yang tertulis di bagian Description atau sebelum dihancurkan oleh kartu lain.
Equip Magic Card
Bersifat menempel pada monster card, dengan menimbulkan suatu effect kepada kartu yang ditempelinya. Mirip dengan Continuous Magic Card.
Quick-Play Magic Card
Dapat digunakan saat giliran lawan berjalan atau giliran sendiri, jika digunakan saat giliran lawan kartu harus ditaruh dulu ketika giliran sendiri.
Ritual Magic Card
Berfungsi untuk memanggil monster Ritual. Dari tangan atau deck, tergantung dari efeect yang tertulis.
Field Magic Card
Merubah arena, kedua pemain akan mendapatkan pengaruh dari effect kartu ini. Jika telah ada kartu Field di arena, dan lawan dari pemilik kartu tersebut
meletakkan kartu Field di arena, maka kartu yang pertama akan hancur.
魔(ma), yang menjadi simbol dari Magic Card berarti sihir. Kanji pertama dari 魔法(mahou) yang artinya penyihir.
Trap Card
Berwarna merah, hanya dapat digunakan ketika sudah di taruh di arena secara tertutup. Dan dapat digunakan ketika giliran pemilik kartu tersebut telah usai
pada saat menaruh kartu trap itu. Kartu Trap hanya memiliki 3 tipe yaitu; Normal, Continuous dan Counter.
Normal
Penggunaan kartu ini Cuma sekali.
Continuous
Penggunaannya berkelanjutan, sesuai dengan effectnya.
Counter
Digunakan Cuma sekali. Merupakan kartu terkuat, effectnya hanya mampu dihalangi oleh sesama Counter trap.